Perlindungan hak cipta secara
internasional terdiri dari 2 konvensi yaitu Berner Convention dan Universal
Copyright Convention. Tetapi selain 2 konvensi itu, ada pula konvensi yang lainnya. Berikut ini adalah pembahasannya.
KONVENSI BERN 1886 PERLINDUNGAN KARYA SASTRA DAN SENI
Sepuluh negara-negara peserta asli (original members) dan tujuh negara (Denmark, Japan, Luxtinburg, Manaco, Montenegro, Norway, dan Sweden) yang menjadi peserta dengan cara aksesi menandatangani naskah asli Konvensi Bern.
Latar belakang diadakan konvensi seperti tercantum dalam Mukadimah naskah asli Konvevsi Bern adalah: ”…being equally animated by the desire to protect, in as effective and uniform a manner as possible, the right of authors in their literary and artistic works”.
Semenjak mulai berlakunya, Konvensi Bern yang tergolong sebagai Law Making Treaty, terbuka bagi semua negara yang belum menjadi anggota. Keikutsertaan sebagai negara anggota baru harus dilakukan dengan caru meratifikasinya dan menyerahkan naskah ratifikasi kepada Direktur Jenderal WIPO.
Keikutsertaan suatu negara sebagai anggota Konvensi Barn, menimbulkan kewajiban negara peserta untuk menerapkan dalam perundang¬undangan nasionalnya di bidang hak cipta, tiga prinsip dasar yang dianut Konvensi Bern memberi 3 prinsip:
Prinsip National Treatment.
Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian (yaitu ciptan seorang warga negara, negara peserta perjanjian, atau suatu ciptaan yang pertama kali diterbitkan di salah satu negara peserta perjanjian) harus mendapat perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti diperoleh ciptaan seorang pencipta warga negara sendiri.
Prinsip Automatic Protection.
Pemberian perlindungan hukum harus diberikan secara langsung tanpa harus memeruhi syarat apapun (must not be upon complience with any formality).
Prinsip Independence of Protection.
Suatu perlindungan hukum diberikan tanpa harus bergantung kepada pengaturan perlindungaan hukum negara asal pencipta. Mengenai pengaturan standar-standar minimum perlindungan hukum ciptaan-ciptaan, hak-hak pencipta, dan jangka waktu perlindungan yang diberikan, pengaturannya adalah:
Sepuluh negara-negara peserta asli (original members) dan tujuh negara (Denmark, Japan, Luxtinburg, Manaco, Montenegro, Norway, dan Sweden) yang menjadi peserta dengan cara aksesi menandatangani naskah asli Konvensi Bern.
Latar belakang diadakan konvensi seperti tercantum dalam Mukadimah naskah asli Konvevsi Bern adalah: ”…being equally animated by the desire to protect, in as effective and uniform a manner as possible, the right of authors in their literary and artistic works”.
Semenjak mulai berlakunya, Konvensi Bern yang tergolong sebagai Law Making Treaty, terbuka bagi semua negara yang belum menjadi anggota. Keikutsertaan sebagai negara anggota baru harus dilakukan dengan caru meratifikasinya dan menyerahkan naskah ratifikasi kepada Direktur Jenderal WIPO.
Keikutsertaan suatu negara sebagai anggota Konvensi Barn, menimbulkan kewajiban negara peserta untuk menerapkan dalam perundang¬undangan nasionalnya di bidang hak cipta, tiga prinsip dasar yang dianut Konvensi Bern memberi 3 prinsip:
Prinsip National Treatment.
Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian (yaitu ciptan seorang warga negara, negara peserta perjanjian, atau suatu ciptaan yang pertama kali diterbitkan di salah satu negara peserta perjanjian) harus mendapat perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti diperoleh ciptaan seorang pencipta warga negara sendiri.
Prinsip Automatic Protection.
Pemberian perlindungan hukum harus diberikan secara langsung tanpa harus memeruhi syarat apapun (must not be upon complience with any formality).
Prinsip Independence of Protection.
Suatu perlindungan hukum diberikan tanpa harus bergantung kepada pengaturan perlindungaan hukum negara asal pencipta. Mengenai pengaturan standar-standar minimum perlindungan hukum ciptaan-ciptaan, hak-hak pencipta, dan jangka waktu perlindungan yang diberikan, pengaturannya adalah:
Ciptaan yang dilindungi adalah semua ciptaan di bidang
sastra, ilmu pengetahuan, dan seni dalam bentuk apapun perwujudannya. Kecuali jika ditentukan dengan cara reservasi (reservation),
pembatasan (limitation), atau pengecualian (exception) yang tergolong sebagai
hak-hak ekskluisif:
i) Hak untuk menterjemahkan;
ii) Hak mempertunjukkan di
mukaa umum ciptaan drama, drama musik, dan ciptaan musik;
iii) Hak
mendeklarasikan (to recite) di muka umum suatu ciptaan sastra;
iv) Hak
penyiaran (broadcast);
v) Hak membuat reproduksi dengan cara dan bentuk
perwujudan apapun;
vi) Hak Menggunakan ciptaanya sebagai bahan untuk ciptaan
audiovisual;
vii) Hak membuat aransemen (arrangements) dan adapsi (adaptations)
dari suatu ciptaan.
Konvensi Bern juga mengatur sekumpulan hak yang dinamakan
hak-hak moral (”droit moral”), hak pencipta untuk mengkluim sebagai pencipta
suatu ciptaan dan hak pencipta untuk mengarjukan keberatan terhadap setiap perbuatan
yang bermaksud mengubah, mengurangi, atau menambah keaslian ciptaannya yang
dapat merugikan kehormatan dan reputasi pencipta.
KONVESI HAK CIPTA UNIVERSAL 1955
Merupakan suatu hasil kerja PBB melalui sponsor UNESCO untuk mengakomodasikan dua aliran falsafah berkaitan dengan hak cipta yang berlaku di kalangan masyarakat inrernasional. Di satu pihak ada sebagian angota masyarakat internasional yang menganut civil law system, berkelompok keanggotaannya pada Konvensi Bern, dan di pihak lain ada sebagian anggota masyarakat internasional yang menganut common law system berkelompok pada Konvensi-Konvebsi Hak Cipta Regional yang terutama berlaku di negara-negara Amerika Latin dan Amerika serikat.
Untuk menjembatani dua kelompok yang berbeda sistem pengaturan tentang hak cipta ini, PBB melalai UNESCO menciptakan suatu kompromi yang merupakan: “A new common dinamisator convention that was intended to establist a minimum level of international copyright relations throughout the world, without weakening or supplanting the Bern Convention”.
Pada 6 September 1952 untuk memenuhi kepatuhan adanya suatu Common Dinaminator Convention lahirlah Universal Copyright Convention (UCC) yang ditandalangani di Geneva kemudian ditindaklanjuti dengan 12 ratifikasi yang diperlukan untuk berlakunya pada 16 September 1955. Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan menurut Pasal 1 konvensi antara lain:
KONVESI HAK CIPTA UNIVERSAL 1955
Merupakan suatu hasil kerja PBB melalui sponsor UNESCO untuk mengakomodasikan dua aliran falsafah berkaitan dengan hak cipta yang berlaku di kalangan masyarakat inrernasional. Di satu pihak ada sebagian angota masyarakat internasional yang menganut civil law system, berkelompok keanggotaannya pada Konvensi Bern, dan di pihak lain ada sebagian anggota masyarakat internasional yang menganut common law system berkelompok pada Konvensi-Konvebsi Hak Cipta Regional yang terutama berlaku di negara-negara Amerika Latin dan Amerika serikat.
Untuk menjembatani dua kelompok yang berbeda sistem pengaturan tentang hak cipta ini, PBB melalai UNESCO menciptakan suatu kompromi yang merupakan: “A new common dinamisator convention that was intended to establist a minimum level of international copyright relations throughout the world, without weakening or supplanting the Bern Convention”.
Pada 6 September 1952 untuk memenuhi kepatuhan adanya suatu Common Dinaminator Convention lahirlah Universal Copyright Convention (UCC) yang ditandalangani di Geneva kemudian ditindaklanjuti dengan 12 ratifikasi yang diperlukan untuk berlakunya pada 16 September 1955. Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan menurut Pasal 1 konvensi antara lain:
Adequate and Effective Protection. Menurut Pasal I
konvensi setiap negara peserta perjanjian berkewajiban memberikan perlindungan
hukum yang memadai dan efektif terhadap hak-hak pencipta dan pemegang hak
cipta.
National Treatment. Pasal II menetapkan bahwa
ciptaan-ciptaan yang diterbitkan oleh warga negara dari salah satu negara
peserta perjanjian dan ciptaan-ciptaan yang diterbitkan pertama kali di salah
satu negara peserta perjanjian, akan meemperoleh perlakuan perlindungan hukum
hak cipta yang sama seperti diberikan kepada warga negaranya sendiri yang
menerbitkan untuk pertama kali di negara tempat dia menjadi warga negara.
Formalities. Pasaf III yang merupakan manifestasi
kompromistis dari UUC terhadap dua aliran falsafah yang ada, menetapkan bahwa
suatu negara peserta perjanjian yang menetapkan dalam perundang-undangan
nasionalnya syarat-syarat tertentu sebagai formalitas bagi timbulnya hak cipta,
seperti wajib simpan (deposit), pendaftaran (registration), akta notaries
(notarial certificates) atau bukti pembayaran royalty dari penerbit (payment of
fee), akan dianggap rnerupakan bukti timbulnya hak cipta, dengan syarat pada
ciptaan bersangkutan dibubuhkan tanda c dan di belakangnya tercantum nama
pemegang hak cipta kemudian disertai tahun penerbitan pertama kali.
Duration of Protection. Pasal IV, suatu jangka waktu
minimum sebagi ketentuan untuk perlindungan hukum selama hidup pencipta ditambah
paling sedikit 25 tahun setelah kematian pencipta.
Translations Rights. Pasal V, hak cipta mencakup juga
hak eksklusif pencipta untuk membuat, penerbitkan, dan memberi izin untuk
menerbitkan suatu terjemahan dari ciptaannya. Namun setelah tujuh tahun
terlewatkan, tanpa adana penerjemahan yang, dilakukan oleh pencipta, negara
peserta konvensi dapat memberikan hak penerjemahan kepada warga negaranya
dengan memenuhi syarat-syarat seperti ditetapkan konvensi.
Juridiction of the international Court of Justice. Pasal
XV, suatu sengketa yang timbul antara dua atau lebih negara anggota konvensi
mengenai penafsiran atau pelaksanaan konvensi, yang tidak dapat diselesaikan
dengan musyawarah dan mufakat. dapat diajukan ke muka Mahkamah lnternasional
untuk dimintakan penyelesaian sengketa yang diajukan kecuali jika pihak-pihak
yang bersengketa bersepakat untuk memakai cara lain.
Bern safeguard Clause. Pasal XVII UCC beserta appendix
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari pasal ini, merupakan salah
satu sarana penting untuk pemenuhau kebutuhan ini.
KONVENSI ROMA 1961
Konvensi Roma diprakarsai oleh Bern Union, dalam rangka untuk lebih memajukan perlindungan hak cipta di seluruh dunia, khususnya perlindungan hukum internasional terhadap mereka yang mempunyai hak-hak yang dikelompok dengan nama hak-hak yang berkaitan (Neighboring Righta / Related Righta).
Tujuan diadakannya konvensi adalah menetapkan pengaturan secara internasional perlindungan hukum tiga kelompok pemegang hak cipta atas hak-hak yang berkaitan. Tiga kelompok pemegang hak cipta dimaksud adalah:
Konvensi Roma diprakarsai oleh Bern Union, dalam rangka untuk lebih memajukan perlindungan hak cipta di seluruh dunia, khususnya perlindungan hukum internasional terhadap mereka yang mempunyai hak-hak yang dikelompok dengan nama hak-hak yang berkaitan (Neighboring Righta / Related Righta).
Tujuan diadakannya konvensi adalah menetapkan pengaturan secara internasional perlindungan hukum tiga kelompok pemegang hak cipta atas hak-hak yang berkaitan. Tiga kelompok pemegang hak cipta dimaksud adalah:
Artis-artis pelaku (Performance Artist), terdiri dari
penyanyi, akktor, musisi, penari, dan lain-lain. Pelaku yang menunjukkan
karya-karya cipta sastra dan seni.
Produser-produser rekaman (Producers of Phonogram).
Lembaga-lembaga penyiaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar