Softskill Kewirausahaan 1

1.        Wira dapat diartikan sebagai ksatria, pahlawan, pejuang atau gagah berani. Sedangkan usaha adalah bekerja atau melakukan sesuatu. Jadi, pengertian kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah perilaku dinamis yang berani mengambil risiko serta kreatif dan berkembang. Tentu setiap ilmu yang dipelajari oleh individu akan memengaruhi pikiran dan caranya mengambil keputusan. Hal ini sangat penting untuk seorang wirausaha agar dapat mengambil langkah yang cepat dan tepat.

2.         Motivasi seseorang untuk melakukan wirausaha tentunya tidak jauh dari permasalahan ekonomi. Ada yang melakukannya sebagai mata pencaharian utama, atau ada juga yang melakukannya sebagai sampingan. Juga tambahan income yang berasal dari kegiatan wirausaha dapat menambah aset pribadi maupun keluarga.

3.      Hal pertama yang terlintas adalah modal. Karena saya pun menjalani usaha dari nol dan akan bertemu pada titik dimana saya berpikir saya membutuhkan modal. Untuk memulai suatu usaha, seseorang tidak perlu memiliki banyak uang. Bahkan nol rupiah pun bisa asalkan ada sesuatu di kepala kita yang harganya begitu mahal, yaitu otak. Modal utama dari seseorang adalah apa yang ada di dalam kepalanya. Tetapi tentunya saya sangat setuju jika modal yang didapatkan bisa untuk mengembangkan usaha menjadi lebih besar lagi.



4.      Peluang usaha yang paling tinggi minatnya adalah makanan. Namun, sepengalaman saya, selama 3 tahun menggeluti bisnis apparel. Saya akan tetap menggeluti bisnis ini di sekitar kampus ataupun tempat tinggal. Karena sistem kerja yang online-offline, maka dimanapun lokasi bisnis saya, akan dapat ditemukan dengan cara online. Selama 3 tahun berkecimpung di dunia ini dan sempat mencoba membuka suatu toko besar untuk mengetes pasar di dekat kampus. Ternyata hampir setiap harinya terjadi transaksi. Meskipun menjual pakaian, ternyata cashflownya tetap harian. Dan omzetnya pun tidak main-main. Namun, sayangnya saya harus memilih menutup tokonya setelah 6 bulan berjalan karena sangat bentrok dengan jadwal kegiatan di kampus. Setelah lulus kuliah nanti, saya akan langsung kembali memulai dengan jauh lebih serius dan fokus. 

Softskill Tugas 4

1. Mengurangi Global Warming
Menurut saya, hal-hal yang dapat mengurangi global warming dapat dilakukan oleh semua orang. Dimulai dengan hal-hal kecil terlebih dahulu, seperti mematikan listrik jika tidak digunakan, menghidupkan ac ke dalam kondisi ruangan normal dan sebagainya. Perusahaan juga hendaknya memikirkan ulang jika ingin membuat gedung pencakar langit yang dilapisi oleh kaca, karena pencakar langit merupakan salah satu penyebab global warming.

2. Proses Pengendalian Lingkungan Hidup
Pemerintah harus membuat Undang-undang yang dengan tegas berbunyi untuk melindungi lingkungan. Selain itu juga harus dibuat program-program yang berjalan dengan baik seperti reboisasi, penanaman mangrove, yang bekerjasama dengan sekolah-sekolah atau lembaga pecinta lingkungan hidup.

3. Membuang Sampah Sembarangan
Orang-orang membuang sampah sembarangan mungkin salah satunya karena kebiasaan. Namun, saya pribadi lebih memilih untuk menyimpan dahulu sampah tersebut di tas saya, setelah itu akan saya buang ke tempat sampah jika ada. Masalahnya adalah, dari luasnya area tempat saya tinggal atau tempat saya berjalan-jalan di kota, sangat sedikit jumlah tempat sampah yang terlihat. Sehingga orang juga akan kebingungan bila hendak membuang sampah. Disini diperlukan peran pemerintah untuk menaruh tempat sampah setiap 5 atau 10 meter di pinggir jalan agar benar-benar tercipta lingkungan yang bersiih dan orang-orang akan terbiasa memuang sampah pada tempatnya.

4. Penanggulangan Hutan Gundul
Ketika terlalu banyak kasus penggundulan hutan, tidak ada yang bisa pemerintah lakukan selain memberi sanksi tegas kepada para penggundul hutan dan menjatuhkan hukuman bahwa mereka harus mengganti rugi berupa pohon-pohon yang akan ditanam seluas yang digunduli oleh mereka.

Sistem Pengolahan Limbah PT Unilever Indonesia

Efisiensi dalam produksi dampak lingkungan tempat produksi Unilever terbagi atas dampak yang berasal dari luar (seperti penggunaan sumber daya dan energi) dan dampak yang berasal dari dalam (seperti limbah cair dan sampah). Untuk mengelola dampak ini sambil terus-menerus menyempurnakan proses produksi, Unilever menerapkan Sistem Pengelolaan Lingkungan atau Environmental Management Sytem (EMS) berdasarkan ISO 14001.
Elemen penting dari EMS Unilever adalah menetapkan dan meninjau sasaran berdasarkan indikator kinerja utama atau key performance indicator (KPI). Setiap tahun, Unilever mengumpulkan data dari pabrik Unilever di Cikarang dan Rungkut berupa hasil pengukuran kinerja lingkungan yang penting. Data ini dibandingkan dengan standar yang berlaku di Indonesia dan target global Unilever, kemudian dihimpun dan dianalisis sebagai bagian dari system pelaporan kinerja lingkungan atau Environmental Performance Report (EPR) global Unilever.
Dalam hal penggunaan energi dan airUnilever menyatakan bahwa sejak 2003, pabrik Unilever telah menerapkan berbagai program untuk mengurangi konsumsi energi. Program ini telah mengurangi jumlah penggunaan energy pabrik sebanyak 37% dibandingkan 2005. Sejak 2005, pabrik Rungkut telah berhasil mengurangi kebutuhan air dan mengurangi pembuangan air limbah dari proses produksinya melalui pemasangan unit pengolah air limbah reverse osmosis. Teknologi ini menyediakan pengolahan air limbah canggih yang memungkinkan pemanfaatan air buangan hasil daur ulang untuk boiler dan menara pendingin. Sementara itu, limbah domestik dari toilet dan aktivitas pencucian masih dikirimkan langsung ke saluran limbah milik kawasan industri.
Unilever melaporkan penanganan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang telah dilakukannya, yaitu bahwa limbah B3 ini disimpan dalam ruang penyimpan khusus, sebelum dibuang ke PPLI, sebuah perusahaan pembuangan limbah B3 yang memenuhi standar lingkungan Indonesia dan internasional. Limbah padat dari kegiatan pencucian reaktor dipandang sebagai limbah B3 dan karena itu dikirim ke PPLI untuk pengolahan yang baik dan benar. Sedangkan untuk limbah yang tidak berbahaya Unilever bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), kami memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang.
Pada 2003, Unilever telah mengganti bahan bakar boiler dari solar ke gas alam yang mengandung relative lebih sedikit sulfur. Penggantian ini mengurangi emisi SOx kami secara signifikan. Namun, pada dua tahun terakhir, pasokan gas ke Rungkut tidaklah stabil, dan mereka terpaksa kembali memakai solar sambil mencari alternative bahan bakar rendah sulfur. Sementara itu, pabrik Cikarang tetap memanfaatkan gas alam, sehingga mampu menjaga tingkat emisi SOx yang rendah.
Selain itu, Unilever berupaya mengurangi jumlah limbah tidak berbahaya yang dihasilkan pabriknya yang mencakup limbah domestik, serta produk dan kemasan yang tidak layak jual/pakai. Unilever berupaya memanfaatkan kembali atau mendaur ulang limbah tersebut. Limbah yang tidak dapat dipakai atau didaur ulang lagi akan dibuang ke tempat pembuangan akhir. Kini, lebih dari 4.800 ton/tahun limbah pabriknya dipakai lagi atau didaur ulang oleh pihak ketiga. Bekerja sama dengan Asosiasi Industri Daur Ulang Plastik Indonesia (AIDUPI), mereka memanfaatkan kemasan yang tidak terpakai atau bahan plastik lainnya untuk membuat produk plastik seperti ember atau keset. Limbah lain seperti drum kosong dan palet juga dikirimkan ke mitra untuk dipakai lagi atau didaur ulang. Dengan demikian, jumlah limbah yang didaur ulang terus meningkat sejak 2004.
Unilever juga berhasil mengurangi jumlah limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir melalui cara inovatif untuk membuang lumpur dari instalasi pengolahan air limbah. Jumlah lumpur ini mencapai 5 ton per hari. Pada 2006, pihak Unilever telah menandatangani nota kesepahaman dengan produsen semen (PT Holcim) untuk mengolah lumpur air limbahnya sebagai bahan baku di pabrik mereka. Sejak pendatanganan itu, Unilever tidak lagi mengirim lumpur apa pun ke tempat pembuangan akhir.